Keberadaan sebuah kuburan massal binatang berusia jutaan tahun di dasar danau di China sekian lama menjadi misteri di kalangan para ilmuwan. Di sana bertebaran fosil-fosil hewan purba yang sangat terawat: beragam jenis dinosaurus, mamalia, ikan, juga versi awal burung dan kadal.
Kini, analisis fosil dan sedimen yang menguburnya mengarahkan pada satu dugaan kuat bahwa erupsi eksplosif gunung berapi - seperti yang menghancurkan kota Pompeii - menghanguskan dan mengubur hewan-hewan itu .
"Kasus yang sedang kita bicarakan, secara harfiah, adalah pengarangan, seperti seseorang dimasukkan ke panggangan," kata George Harlow, ahli mineral di American Museum of Natural History di New York seperti dimuat situs sains Livescience, 4 Februari 2014. "Atau dengan kata lain, mereka (hewan-hewan itu) seperti digoreng."
Harlow adalah salah satu peneliti dalam studi yang dijelaskan secara rinci di jurnal ilmiahNature Communications.
Sebuah ekosistem kuno yang dikenal secara luas sebagai Jehol Biota berada di utara China, dari masa 120 juta sampai 130 juta tahun lalu. Kala itu hewan-hewan hidup di antara hutan konifer (taiga) dan danau, dalam bayang-bayang gunung berapi`. Fosil-fosil mereka ditemukan di formasi batuan Yixian dan Jiufotang, tertanam di lapisan material vulkanik.
Hal yang terjadi pada hewan-hewan tersebut mirip dengan apa yang terjadi di Pompeii, kota kuno yang terkubur abu panas letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Abu itu mengawetkan manusia dan binatang dalam pose kematian mereka .
Sementara, dalam studi yang dipimpin kolega Harlow, Baoyu Jiang dari Nanjing University, para peneliti menelaah fosil-fosil yang dipinjam dari Sihetun Fossil Museum and the Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Akademi Ilmu Pengetahuan China --fosil sejumlah burung, dinosaurus yang bentuknya mirip burung, juga mamalia.
Tim tak hanya mempelajari fosil-fosil tersebut, tapi juga unsur kimia dan mineral batuan vulkanik dan sedimen yang membentuk kuburan para binatang.
Seperti Krakatau...
Bagaimana bisa hewan-hewan itu bisa diawetkan selama jutaan tahun, ilmuwan punya dugaan. Hewan-hewan tersebut terperangkap dalam abu dan gas panas yang bergerak cepat -- yang disebut aliran piroklastik.
Seperti penduduk Pompeii, binatang-binatang tersebut diawetkan dalam pose kematian mereka oleh abu. Namun, tulang binatang yang mengandung noda hitam mengindikasikan proses pembakaran terjadi.
Peristiwa kematian massal binatang yang diawetkan di biota Jehol memberikan kesempatan untuk mempelajari ekosistem darat di masa Kapur Awal. "Seperti halnya sejarah dan budaya Pompeii bisa diketahui dari para korban manusia," kata Jiang.
Erupsi yang menghasilkan abu panas yang lebih padat dari udara dan air hujan -- menghasilkan ledakan gelombang abu dan gas panas sejatinya beberapa kali terjadi dalam sejarah. Termasuk saat Gunung Krakatau meledak pada 26-27 Agustus 1883 dan erupsi Gunung St Helens.
Riset sebelumnya menduga fosil-fosil di Jehol diawetkan oleh letusan gunung api. Namun tak pernah ada yang mempelajarinya secara mendalam.
Kemungkinan lain, tubuh hewan melayang ke danau atau tersapu banjir. Namun, para ilmuwan memutuskan, skenario ini layak dikesampingkan. Sebab, struktur sedimen dan keutuhan kerangka hewan tidak sesuai dengan penjelasan itu.
Kisah Pompeii
Pada 24 Agustus tahun 79, Gunung Vesuvius meletus dahsyat. Awan panas, batuan dan abu membara menghujam ke dua kota, Pompeii dan Herculaneum. Tragisnya, justru abu itu mengabadikan saat-saat terakhir para penduduknya.
Sekitar 1.600 tahun kemudian, secara tak sengaja keberadaan Pompeii ditemukan. Penggalian arkeologis menemukan jasad-jasad manusia yang diawetkan oleh abu, dengan segala pose. Menguak jalanan beku, tempat pelacuran yang dipenuhi fresko erotis, dan banyak bukti peradaban kala itu. Ini sekaligus menjadi pelajaran, sepandai-pandainya manusia, ia bisa takluk oleh alam.
sumber :http://news.liputan6.com